Pada awalnya, Almh. Hj. Noerlen tidak pernah membayangkan sirup markisa yang dibuat oleh tangannya sendiri akan menjadi sebuah usaha industri rumah tangga yang masih berdiri hingga kini. Sirup markisa buatannya itu pada awalnya hanya untuk konsumsi sendiri dan sebagian diberikan kepada tetangga dan keluarga.
Seiring dengan berjalannya waktu, pembuatan sirup markisa asli Berastagi ini mulai ditekuni menjadi usaha rumah tangga, apalagi ketika suami Ibu Noerlen pensiun dari salah satu perusahaan BUMN. “Ibu mulai serius menekuninya dan lambat laun menjadi usaha. Saya ikut membantunya di bagian produksi, mulai dari pemotongan buah, dan pengambilan sari buah, memasak sampai mengemas,” ujar Rachmi Novianti, putri Hj. Alm. Noerlen yang kini meneruskan usaha Noerlen, yang sudah mulai berjalan sejak tahun 1985.
Sepeninggal sang ibu, Rachmi Novianti yang akrab disapa “Mimi” meneruskan usaha Noerlen. “Saya nggak tahu kenapa akhirnya usaha ini saya yang teruskan. Soalnya, kakak saya yang lain tidak mau. Dan, karena dari awal saya sudah ikut ibu bantu-bantu dan sudah tahu produksi sampai menjualnya, dari situ saya niatkan untuk meneruskannya,” terang Mimi.
Merasa punya tanggungjawab besar untuk membesarkan usaha yang sudah dirintis sang ibu, Mimi tak henti berupaya untuk menjalankan usaha ini agar berkembang. Selain tetap menjaga kualitas produksi, Mimi gencar di pemasaran dengan rajin mengikuti berbagai pameran, umumnya yang diadakan pemerintah Kota Medan dan Sumatra Utara melalui Dinas Koperasi.
“Dulu waktu masih kuat-kuatnya, angkat air galon mana terasa capeknya. Beberapa kali saya ikut pameran, bahkan pernah dalam sehari omzet saya bisa mencapai Rp 15 juta. Kalau itu saya benar-benar puas walaupun memang capek. Tapi capeknya terobati,” katanya.
Karena punya ciri khas sebagai salah satu ikon kuliner dari Sumatra Utara, tak heran bila Noerlen sering diikutsertakan pada pameran di beberapa daerah. “Bahkan, ketika ibu masih hidup, Noerlen sudah pernah diikutkan dalam satu pameran di Belanda,” terangnya.
Namun, usaha Noerlen tidak lepas dari tantangan. Pernah dalam satu masa, Mimi hampir putus asa dan sempat berniat menghentikan usaha Noerlen dikarenakan susahnya mencari buah markisa. Padahal, waktu itu perusahaan-perusahaan pembuat sirup markisa berskala besar tetap berproduksi. Mimi heran kenapa buah markisa bisa susah didapat.
“Saya sempat rehat beberapa waktu dari usaha Noelen dan sempat banting setir ke usaha lain,” sambung Mimi. Namun, ia kembali teringat ke sang ibu yang pada awalnya sudah susah payah mendirikan usaha ini. Mimi pun bangkit lagi dengan strategi baru.
Sejak itu, Mimi mulai melebarkan koneksi ke sesama pelaku UKM. Dengan tetap menjadikan sirup markisa asli Berastagi, Noerlen, sebagai trade mark, ia juga menjalin kerjasama dengan memasarkan produk khas Medan. Rumah yang dulu yang untuk produksi sirup markisa, perlahan namun pasti semakin bervariasi dengan berbagai produk khas Sumut, mulai dari jajanan, ikan teri, kopi, bahkan souvenir khas Batak.
“Sirup markisa tetap menjadi andalan Noerlen. Namun, kita nggak mau terulang lagi ketika buah markisa tidak ada, Noerlen berhenti produksi. Sekarang, produk kita sudah banyak, ini berkat kerjasama dengan teman-teman sesama pelaku UKM untuk kita pasarkan di sini,” katanya.
Tak hanya itu, rumah produksi yang dulunya hanya dapat diakses staf Noerlen saja, kini malah terbuka untuk turis. “Justru ini kita jadikan ‘objek wisata’. Mungkin tidak semua orang tahu, apalagi orang luar Medan dan turis yang tahu proses pembuatan sirup markisa. Nah, di Noerlen proses produksi ini langsung kita peragakan ke turis yang datang,” sambung Mimi.
Rencana Mimi ke depan, Rumah Noerlen akan lebih dikenal lagi sebagai salah satu kunjungan wisata utama di Medan. Jadi ketika orang ke Medan, ingatnya Noerlen. “Itu mimpi saya,” katanya. Namun tak lupa ia menyampaikan rasa terimakasihnya kepada berbagai pihak yang telah men-supportnya sejauh ini, termasuk beberapa travel agent di Medan, pihak pemerintah dan media yang rajin meliput Noerlen.
Perjalanan waktu telah menjadikan Noerlen yang dulunya merupakan usaha rumah tangga kecil, kini berproses terus menjadi tujuan wisata kuliner di Medan.